Sebelum Islam merambah ke Kalimantan Tengah, wilayah ini telah menjadi tempat berbagai peradaban dan kepercayaan, termasuk Hindu-Buddha, Animisme-Dinamisme, dan Kristen. Pada abad ke-14 hingga ke-16, Kalimantan Tengah tergabung dalam wilayah mandala Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Banjar yang menganut agama Hindu-Buddha. Ini adalah masa di mana beberapa kerajaan lokal di daerah ini tumbuh dan berkembang, seperti Kerajaan Kotawaringin, Kerajaan Tanjungpura, Kerajaan Kahayan, Kerajaan Katingan, dan Kerajaan Murung.
Perubahan besar terjadi pada abad ke-16 hingga ke-17, ketika Islam mulai memperoleh pengaruh signifikan di Nusantara dan kolonialisme Eropa mengemuka. Islam tersebar melalui perdagangan dan dakwah, sementara Eropa, terutama Portugis, mulai menjajah untuk menguasai sumber daya alam dan pasar.
Proses masuknya Islam ke Kalimantan Tengah melalui beberapa tahap. Salah satunya adalah melalui Kerajaan Banjar, yang menjadi pusat penyebaran Islam di Kalimantan. Tahap pertama (abad ke-15 hingga awal abad ke-16) mencatat kedatangan Islam oleh pedagang dan ulama dari berbagai daerah. Tahap kedua (pertengahan abad ke-16 hingga akhir abad ke-17) adalah masa penerimaan Islam secara resmi oleh raja-raja Banjar dan penyebarannya ke daerah-daerah bawahannya. Tahap ketiga (abad ke-18 hingga abad ke-19) menyaksikan pemurnian ajaran Islam di Banjar dipengaruhi oleh gerakan reformasi Islam dari Timur Tengah dan Nusantara.
Dari Banjar, Islam menyebar ke Kalimantan Tengah melalui berbagai cara, termasuk hubungan politik dan pernikahan antara raja-raja Banjar dengan raja-raja lokal, perdagangan, dan dakwah oleh ulama terkemuka seperti Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari.
Masuknya Islam menghasilkan dampak signifikan bagi masyarakat setempat. Dampak positifnya termasuk peningkatan kesadaran akan tauhid dan moral yang baik, perkembangan ilmu pengetahuan, seni, budaya, dan sastra bernuansa Islam, serta penguatan hubungan antar-masyarakat Muslim di Kalimantan Tengah dan daerah lain.
Dengan demikian, perjalanan sejarah masuknya Islam ke Kalimantan Tengah tidak hanya mencerminkan dinamika agama, tetapi juga keberagaman budaya dan sosial yang menjadi landasan bagi perkembangan masyarakat lokal hingga saat ini.