Suku Dayak Ngaju: Masyarakat Asli Kalimantan Tengah
Suku Dayak Ngaju, juga dikenal sebagai Biaju, merupakan salah satu suku asli yang mendiami Kalimantan Tengah. Dengan jumlah populasi sekitar 400.000 orang, suku ini memiliki sejarah dan kebudayaan yang kaya serta unik.
Etimologi dan Sejarah
Etimologi “Ngaju” berasal dari kata yang berarti “udik”. Sebagian besar suku Ngaju mendiami daerah aliran sungai Kapuas, Kahayan, Rungan Manuhing, Barito, dan Katingan, bahkan ada yang menetap di Kalimantan Selatan.
Pada awalnya, suku Dayak Ngaju disebut sebagai Biaju. Terminologi ini berasal dari bahasa orang Bakumpai yang berarti “dari hulu” atau “dari udik”, merujuk pada orang yang tinggal di daerah hulu sungai.
Pembagian dan Rumpun Suku
Suku Dayak Ngaju terbagi berdasarkan daerah aliran sungai dan rumpun bahasa. Mereka terbagi menjadi beberapa sub-suku, antara lain:
- Suku Dayak Ngaju (Ngaju Kapuas)
- Suku Dayak Kahayan (Ngaju Kahayan)
- Suku Dayak Katingan (Ngaju Katingan)
- Suku Dayak Mendawai (Kalimantan Tengah)
- Suku Dayak Bakumpai (Kalimantan Selatan)
- Suku Dayak Mengkatip (Kalimantan Tengah)
- Suku Dayak Berangas (Kalimantan Selatan) – telah punah pada tahun 2010 dan melebur ke dalam mainstream orang Banjar Kuala
- Suku Dayak Beraki (Bara-ki) – sudah punah
Asal Mula dan Kepercayaan
Menurut sejarah, leluhur Dayak Ngaju berasal dari kerajaan yang terletak di lembah pegunungan Yunan bagian Selatan, dekat perbatasan dengan Vietnam. Mereka bermigrasi secara besar-besaran dari daratan Asia sekitar 3000-1500 SM.
Kepercayaan utama suku Dayak Ngaju adalah Kaharingan, sebuah kepercayaan tradisional yang mengakar kuat dalam kehidupan mereka. Kaharingan merupakan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang dihayati secara turun-temurun dan memiliki tempat ibadah seperti Balai Basarah atau Balai Kaharingan.
Kebudayaan dan Tradisi
Suku Dayak Ngaju memiliki beragam tradisi dan kebudayaan yang unik, antara lain:
- Upacara Tiwah: Proses pengantaran arwah sanak kerabat yang sudah meninggal ke surga.
- Tradisi Tato/Tutang/Cacah: Seni menato tubuh sebagai simbol status dan identitas.
- Hukum Adat: Aturan yang diwariskan oleh leluhur untuk menjaga keseimbangan dengan alam.
- Tarian Burung Enggang Gading: Tarian sakral yang menghormati burung Enggang sebagai simbol kehidupan.
- Keyakinan pada Pohon Batang Garing: Pohon simbolis yang dianggap sebagai petunjuk dalam kehidupan.
Struktur Masyarakat
Pada masa lampau, masyarakat Dayak Ngaju memiliki struktur sosial yang terdiri dari beberapa tingkatan, mulai dari Kepala Kampung hingga Orang-orang Tamuei atau Orang Asing. Setiap tingkatan memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-masing dalam kehidupan masyarakat.
Suku Dayak Ngaju memiliki sejumlah tokoh penting dalam sejarah dan kehidupan mereka, seperti Nyai Undang, Raden Labih, Tjilik Riwut, dan banyak lagi.
Lagu Daerah
Di antara kekayaan budaya mereka, lagu-lagu daerah Dayak Ngaju menjadi ekspresi dan pengenalan identitas mereka. Lagu-lagu seperti “Sinta Takalupe Lunuk” dan “Karungut: Kal-Teng Membangun” merupakan contoh dari warisan budaya yang mereka jaga dengan baik.
Suku Dayak Ngaju tidak hanya memiliki warisan budaya yang kaya, tetapi juga memiliki kontribusi yang signifikan dalam sejarah dan perkembangan Kalimantan Tengah. Dengan mempertahankan dan memperkenalkan kekayaan budaya mereka, mereka terus menjadi bagian integral dari keragaman budaya Indonesia.